Minggu, 01 November 2009

Hunian Sementara Pasca Gemba Sumbar

Propinsi Sumatera Barat, tempat bermukimnya masyarakat Minangkabau dan tidak berlebihan disebut sebagai surga yang terakhir. Propinsi ini dikaruniai dengan budaya dan keindahan alamnya yang sulit dicarikan tandingannya.

Tidak mengherankan kalau Sumatera Barat telah lama dikenal sebagai daerah tujuan wisata bagi wisatawan. Perjalanan ke Bukittinggi, suatu daerah yang beriklim sejuk dilingkungi oleh gunung-gunung dengan nagari-nagari tradisional serta tatanan kehidupan yang masih bertahan selama berabad-abad, atau berkunjung ke Padang menelusuri ibu kota propinsi dengan masakan Padang yang terkenal sampai ke Mancanegara, dan perjalanan ke daerah-daerah cagar alam yang semuanya tidak akan pernah begitu saja dilupakan wisatawan atau siapun yang pernah mengunjunginya.

Keindahan sumatera barat tersebut ternyata menyimpan ancaman bencana yang besar. Letak dari sumatera barat pada jalur gempa mengakibatkan setiap saat dapat terjadi gempa. Dan hal tersebut benar-benar terjadi tepatnya tanggal 30 September 2009, dengan perkiraan kekuatan gempa mencapai 8,8 Skala Richter, meluluh lantahkan Sumatera Barat. Kejadian tersebut benar-benar menghancurkan kota-kota di Sumatera Barat, terutama sekali Padang. Korban berjatuhan dan banyak sekali maasyarakat kehilangan tempat tinggal. Dalam rangka normalisasi pasca gempa perlunya penanganan terhadap korban gempa tersebut. Diantaranya adalah perlunya tempat tinggal sementara bagi korban tersebut sehingga para korban juga dapat beraktifitas secara layak.

Konsep Hunian Sementara

Pada dasarnya konsep yang digunakan adalah mengoptimalkan bahan-bahan pasca gempa dimana dengan menggunakan material akibat gempa tersebut tidak perlu memikirkan pengeluaran biaya yang lebih besar lagi.


  • Pondasi

Pondasi menggunakan pondasi umpak dengan kayu sebagai kolomnya. Bahan yang digunakan adalah material reruntuhan akibat gempa, jadi dengan begitu tidak terlalu susah untuk mendapatkannya. Konstruksi yang digunakan adalah sistem rumah panggung sehingga aliran udara dan temperature pada ruangan lebih nyaman serta aman terhadap bahaya binatang yang sewaktu-waktu mengganggu.

  • Lantai

Lantai menggunakan plywood, pada bagian ini menggunakan bahan baru kerena jelas menggunakan material bekas korban gempa tidak mungkin. Pada bagian ini plywood yang digunakam tebal 1 cm. Sehingga dalam konstruksi lantai mengurangi penggunaan balok lantai.


  • Dinding

Dinding menggunakan triplex, atau plywood tipis, namun dapat juga menggunakan papan sisa bekas potongan produksi. Pada bagian ini dapat menggunakan material bekas atau sisa pekerjaan. Pada dinding terdapat bukaan berupa jendela panel dan bukaan berupa kawat. Dengan kedua bukaan ini diharapkan udara dapat mengalir dengan lancar dan ruangan dapat nyaman.

  • Atap

Atap menggunakan multi sirap dan sirap, pemilihan sirap dikarenakan kondisi alam pasca bencana sehingga panas. Oleh karena itu dengan pemilihan material ini dapat sedikit mengurangi suhu yang terjadi pada ruangan. selain itu pemilihan ini juga karena faktor konstruksi yang lebih ringan.

  • Konstruksi

Bangunan secara umum menggunakan konstruksi kayu penuh dengan kombinasi pada pondasi dengan menggunakan sisa reruntuhan gempa sebagai alasnya.

Pada prinsipnya mengoptimalkan sirkulasi udara yang ada, dengan kata lain menggunakan sirkulasi udara sekitar untuk penghawaan ruangan.

Bangunan ini di rancang dengan dimensi 4m x 9m dengan sistem memanjang dapat disusun secara menerus dengan lainnya.

  • Tampak Depan









  • Tampak Belakang











  • Tampak Samping




















  • Tampak atas










  • Perspektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar