Minggu, 08 November 2009

Roof Garden Alternatif Smart House


Roof Garden atau taman atap adalah sistem atap dengan tumbuhan diatasnya atau di tempat yang atap konvensional. Taman atap biasanya terdiri dari membran tahan air, drainase lapisan, dan lapisan tebal tanah (biasanya 12 inci atau lebih), vegetasi, dan hardscaping untuk memberikan akses ke taman (misalnya, pekebun, batu loncatan, bangku).

Sistem membran harus cukup tahan lama untuk melawan kerusakan mekanis dari peralatan berkebun dan penetrasi akar tanaman, dan itu harus terakhir, tanpa perbaikan atau penggantian, untuk kehidupan gedung. Maka ada gunanya untuk mempertimbangkan penggunaan kelas bawah Waterproofing material, yang biasanya dipasang di alun-alun terbalik dek konstruksi, sebagai lawan dari bahan atap yang diterapkan di atap hangat (isolasi di atas geladak) konfigurasi, untuk aplikasi ini.
Bahan membran harus memiliki, sebagai karakteristik utama, kemampuan untuk mencegah uap air dari memasuki fasilitas. Elemen kunci ini harus didahulukan dalam desain sistem atas jenis tanaman dan tata letak. Taman atap memerlukan membran dengan syarat berikut:

  • Melawan penetrasi akar
  • Melawan sinar ultraviolet
  • Dapat menahan perubahan suhu yang parah dan kondisi atmosfer
  • Cukup fleksibel untuk memenuhi konstruksi bangunan gerakan pada sendi dan persimpangan dengan elemen vertikal
  • Permukaan tahan terhadap beban konstruksi
  • Dapat menahan serangan oleh serangga dan mikroorganisme, hewan dan tanah lapisan tanah sebelah bawah kimia
  • Dapat bertahan relatif lama selama rentang hidup yang tak terbatas tanpa kerusakan
  • Mencegah penetrasi air
  • Dapat tetap terendam dalam kondisi basah periode waktu yang substansial.
Vegetasi
Taman atap dapat ditanam dengan berbagai vegetasi termasuk pepohonan, semak, jamu, succulents, dan rumput. Tanaman harus toleran kekeringan dan mandiri, tanpa kebutuhan pupuk atau pestisida. Mereka harus sesuai dengan tanah yang terbatas kedalaman, kelembaban, dan tingkat gizi.


Pemeliharaan
Seperti atap konvensional, sebuah taman atap memerlukan perawatan untuk menjaga fungsi optimal.
Ini termasuk irigasi, dan manual menyiangi dan mulching, terutama selama tanaman periode pendirian. Pemeliharaan dan irigasi tergantung pada desain dan vegetasi yang digunakan. Jika atap termasuk rumput atau tahunan tanaman, memotong dan menghilangkan vegetasi kering untuk mencegah
bahan mudah terbakar dari terakumulasi. Drainase dan vegetasi Periksa secara teratur. Beberapa tanaman mungkin perlu penggantian.

Manfaat secara Umum
Sebuah taman atap dapat mengurangi aliran air hujan, volume, dan suhu. Taman atap dapat
hidup lebih lama dr atap konvensional oleh dua puluh tahun. Mereka juga filter polusi udara, mengurangi outdoor suhu udara dan panas yang dihasilkan perkotaan efek pulau, meningkatkan habitat satwa liar; melindungi bangunan dan biaya energi yang lebih rendah.

Jangka panjang tabungan dari ditunda perbaikan dan penggantian, pemanasan dan pendinginan yang lebih rendah biaya, dan mengurangi pemeliharaan struktural membantu mengimbangi shortterm biaya modal. Selain itu, berpaling sebelumnya terbuang ruang atap menjadi diakses dan daerah menarik memberikan nilai tambah bangunan.


Jumat, 06 November 2009

Konsep Smart House pendekatan Lansekap


KESELARASAN hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep arsitektur hijau. Konsep yang kini tengah digalakkan dalam kehidupan manusia modern. Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari sebuah bangunan. Sebuah bangunan yang menganut arsitektur hijau yang berkelanjutan di dalamnya termasuk lansekap, interior dan arsitektur sendiri menjadi satu kesatuan.

Dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 200 meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 70-100 meter persegi, maka sisa 130-100 meter lahan hijau harus digenapkan dengan memberdayakan potensi sekitar. Pemberdayaan atap menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

Penekanan smart house ini bukan hanya terpusat pada teknologi tetapi
pengolahan energi atau peningkatan efisiensi pemakaian energi, air, dan bahan-bahan, mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan. Secara matematis disebutkan, konsumsi 300 liter air harus dapat dikembalikan sepenuhnya ke tanah. Misalkan, air sisa cuci sayur dapat digunakan untuk mencuci mobil. Secara estetika atau arsitektur arsitektur hijau terletak kepada filosofi bangunan yang harmonis dengan sifat-sifat dan sumber alam yang ada di sekelilingnya. Penggunaan bahan bangunan yang dikembangkan dari bahan alam dan bahan bangunan yang dapat diperbaharui. Memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui seperti menggunakan sinar matahari melalui passive solar dan active solar, serta teknik photovoltaic dengan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap hijau dan taman hijau.

Pada prinsipnya konsep yang gunakan adalah penghematan energi. Rumah ala tropis dengan banyak bukaan, dibentuk untuk mengurangi pemakaian AC juga penerangan. Namun, hal tersebut tidak akan berjalan mulus jika sekeliling rumah tidak asri.

Taman dan halaman dalam arsitektur hijau juga tidak sekadar memperhatikan estetika. Ide roof garden bisa jadi apotek hidup atau kebun sayuran dan tidak hanya sekedar estetika. Beberapa tanaman yang cocok untuk roof garden adalah daun sirih, pandan sayur, kangkung, dan lain-lainnya.


Dari segi interior, arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta saluran air bersih. Untuk mengatasi limbah sampah, lubang biopori dapat menjadi solusi.

Minggu, 01 November 2009

Hunian Sementara Pasca Gemba Sumbar

Propinsi Sumatera Barat, tempat bermukimnya masyarakat Minangkabau dan tidak berlebihan disebut sebagai surga yang terakhir. Propinsi ini dikaruniai dengan budaya dan keindahan alamnya yang sulit dicarikan tandingannya.

Tidak mengherankan kalau Sumatera Barat telah lama dikenal sebagai daerah tujuan wisata bagi wisatawan. Perjalanan ke Bukittinggi, suatu daerah yang beriklim sejuk dilingkungi oleh gunung-gunung dengan nagari-nagari tradisional serta tatanan kehidupan yang masih bertahan selama berabad-abad, atau berkunjung ke Padang menelusuri ibu kota propinsi dengan masakan Padang yang terkenal sampai ke Mancanegara, dan perjalanan ke daerah-daerah cagar alam yang semuanya tidak akan pernah begitu saja dilupakan wisatawan atau siapun yang pernah mengunjunginya.

Keindahan sumatera barat tersebut ternyata menyimpan ancaman bencana yang besar. Letak dari sumatera barat pada jalur gempa mengakibatkan setiap saat dapat terjadi gempa. Dan hal tersebut benar-benar terjadi tepatnya tanggal 30 September 2009, dengan perkiraan kekuatan gempa mencapai 8,8 Skala Richter, meluluh lantahkan Sumatera Barat. Kejadian tersebut benar-benar menghancurkan kota-kota di Sumatera Barat, terutama sekali Padang. Korban berjatuhan dan banyak sekali maasyarakat kehilangan tempat tinggal. Dalam rangka normalisasi pasca gempa perlunya penanganan terhadap korban gempa tersebut. Diantaranya adalah perlunya tempat tinggal sementara bagi korban tersebut sehingga para korban juga dapat beraktifitas secara layak.

Konsep Hunian Sementara

Pada dasarnya konsep yang digunakan adalah mengoptimalkan bahan-bahan pasca gempa dimana dengan menggunakan material akibat gempa tersebut tidak perlu memikirkan pengeluaran biaya yang lebih besar lagi.


  • Pondasi

Pondasi menggunakan pondasi umpak dengan kayu sebagai kolomnya. Bahan yang digunakan adalah material reruntuhan akibat gempa, jadi dengan begitu tidak terlalu susah untuk mendapatkannya. Konstruksi yang digunakan adalah sistem rumah panggung sehingga aliran udara dan temperature pada ruangan lebih nyaman serta aman terhadap bahaya binatang yang sewaktu-waktu mengganggu.

  • Lantai

Lantai menggunakan plywood, pada bagian ini menggunakan bahan baru kerena jelas menggunakan material bekas korban gempa tidak mungkin. Pada bagian ini plywood yang digunakam tebal 1 cm. Sehingga dalam konstruksi lantai mengurangi penggunaan balok lantai.


  • Dinding

Dinding menggunakan triplex, atau plywood tipis, namun dapat juga menggunakan papan sisa bekas potongan produksi. Pada bagian ini dapat menggunakan material bekas atau sisa pekerjaan. Pada dinding terdapat bukaan berupa jendela panel dan bukaan berupa kawat. Dengan kedua bukaan ini diharapkan udara dapat mengalir dengan lancar dan ruangan dapat nyaman.

  • Atap

Atap menggunakan multi sirap dan sirap, pemilihan sirap dikarenakan kondisi alam pasca bencana sehingga panas. Oleh karena itu dengan pemilihan material ini dapat sedikit mengurangi suhu yang terjadi pada ruangan. selain itu pemilihan ini juga karena faktor konstruksi yang lebih ringan.

  • Konstruksi

Bangunan secara umum menggunakan konstruksi kayu penuh dengan kombinasi pada pondasi dengan menggunakan sisa reruntuhan gempa sebagai alasnya.

Pada prinsipnya mengoptimalkan sirkulasi udara yang ada, dengan kata lain menggunakan sirkulasi udara sekitar untuk penghawaan ruangan.

Bangunan ini di rancang dengan dimensi 4m x 9m dengan sistem memanjang dapat disusun secara menerus dengan lainnya.

  • Tampak Depan









  • Tampak Belakang











  • Tampak Samping




















  • Tampak atas










  • Perspektif